Cynthia Caroll, Chief Executive Officer (CEO) Anglo American, dinobatkan sebagai wanita dengan gaji termahal tahun 2009 ini versi Guardian. Mantan Kepala Binsis Gas Shell Linda Cook di urutan ke-2.
Cynthia Caroll merupakan CEO wanita pertama di perusahaan pertambangan Anglo American dengan gaji hampir 4 juta poundsterling per tahun atau sekira Rp61 miliar per tahun (kurs 16/10). Ibu dari 4 anak ini dinobatkan sebagai wanita dengan gaji termahal di jajaran perusahaan yang terdaftar dalam FTSE 100 versi harian Inggris, Guardian. FTSE 100 merupakan indeks saham 100 perusahaan yang memiliki kapitalisasi terbesar di bursa saham London Stock Exchange.
FTSE 100 bagian dari FTSE Group, perusahaan penyedia jasa informasi indeks, saham, obligasi, dan aset lainnya dengan 12 kantor cabang di seluruh dan dunia, serta klien dan mitra di 77 negara di dunia. Dalam laporan "Guardian pay survey 2009: Top 10 female earners" yang dipublikasi dalam situs Guardian (14/9/2009), Caroll berhasil menduduki peringkat pertama sebagai wanita dengan gaji tertinggi pada tahun 2009 ini. Survei penghasilan CEO tersebut merupakan survei tahunan yang dilakukan Guardian.
Jabatannya sebagai CEO Anglo American sejak tiga tahun lalu, membuat Caroll menjadi wanita pertama yang bukan berkebangsaan Afrika Selatan yang memimpin perusahaan pertambangan terbesar ke-4 di dunia tersebut. Melalui tangan dinginnya, wanita berusia 52 tahun ini telah mampu meningkatkan kinerja perusahaan Anglo American dan mampu membuat nilai sahamnya naik lebih dari 30% di bursa saham. Meski demikian, kini Caroll harus berhadapan dengan tuntutan target dari jajaran investor di perusahaan Anglo American, terkait meningkatkan kinerja perusahaan.
Terlebih lagi, guna mengejar kinerja perusahaan kompetitor Xstrata. Caroll juga merupakan satu-satunya wanita dalam sebuah klub elite yang beranggotakan 22 eksekutif dengan gaji pokok di atas 1 juta poundsterling (atau sekira Rp15,2 miliar). Total penghasilannya ditopang oleh bonus dan insentif lainnya. Wanita pebisnis asal Amerika ini menjadi satu-satunya perempuan yang benar-benar meniti kariernya di bidang pertambangan, perminyakan, dan alumunium. Bidang karier yang selama ini didominasi laki-laki. Caroll memiliki latar belakang pendidikan S1 di bidang geologi dari Skidmore College pada 1978 dan memperoleh gelar master di bidang yang sama dari Universitas Kansas pada 1982.
Dia kemudian menimba ilmu manajemen administrasi bisnis dengan gelar MBA dari Harvard pada 1989. Awal karir Caroll dimulai dengan pekerjaan sebagai ahli geologi petroleum di perusahaan Amoco di Denver AS. Setelah delapan tahun berada di perusahaan tersebut, dia bergabung dengan Alcan Aluminium dengan menghabiskan waktunya selama 18 tahun hingga akhirnya bergabung di dalam jajaran eksekutif Anglo American pada Januari 2007. Kepada buletin Harvard Business School, Caroll menyatakan bahwa isu paling penting dalam kariernya di Anglo American adalah tentang tingginya catatan kasus fatal.
Di bawah kepemimpinannya kini Anglo mampu meningkatkan keamanannya sebesar 40%. "Ada banyak hal yang harus dikerjakan dalam perusahaan ini," ujarnya. Sebanyak 15.000 dari 18.000 peran telah diefisiensi sejak kedatangannya di Anglo American ketika harga komoditas pertambangan sedang mengalami ketidakstabilan. Anglo American juga mencatat dividen 2008 untuk memulihkan keuangan perusahaan. Dan pada semester I 2009 sudah mampu meraup 70% dari target pendapatan.
Lawan Stigma
Stigma bahwa kaum hawa dianggap membawa sial dalam industri pertambangan, dan hanya diizinkan untuk bekerja secara sembunyi-sembunyi di Afrika Selatan, kini sudah mulai tidak berlaku lagu. Sebab, melalui kepemimpinan Caroll, perusahaan Anglo American kini tercatat telah mempekerjakan lebih dari 14.000 perempuan dalam industri pertambangan batu bara.
Karena itu, tidak salah jika akhirnya Caroll juga menempati urutan ke-4 wanita paling berpengaruh di dunia tahun 2009 versi Majalah Forbes. "Namun, saya ingin melihat lebih banyak lagi kaum perempuan untuk duduk dijajaran eksektif perusahaan pertambangan," ujar Caroll kepada Harvard Business Review.
Sementara, mantan Kepala Bisnis Gas Shell Linda Zarda Cook berada di posisi ke-2 sebagai wanita berpendapatan tertinggi dengan gaji hampir 3,9 juta poundsterling pada 2008 (sekitar Rp59,5 miliar). Sebelum akhirnya wanita itu mengundurkan diri perusahaan.
Linda Cook telah mencetak sejarah pendapatan tertinggi, setelah dia mengabdi di Shell selama hampir 29 tahun lamanya.W anita kelahiran Amerika ini akhirnya terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya di Shell setelah kalah dalam kompetisi menuju kursi CEO dengan kompetitornya Peter Voser. Bursa pencalonan CEO tersebut menyusul pensiunnya mantan CEO Shell berkebangsaan Belanda Jeroen van der Veer pada 30 Juni 2009.
Ada anggapan bahwa dalam usianya yang memasuki 50 tahun, Linda Cook dianggap tidak akan mampu menjalankan tugasnya sebagai CEO. Meski demikian, Cook memahami anggapan ini, sehingga akhirnya memperoleh dana pensiun sebesar 7 juta poundsterling (Rp106,9 miliar) akhir tahun lalu. Mundurnya Cook dari Shell, hampir bersamaan dengan rivalnya mantan Direktur Rio Tinto plc and Rio Tinto Limited Vivienne Cox. Baik Cook maupun Cox sama-sama sebagai perempuan di jajaran eksekutif yang memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan energi terbarukan di perusahaannya.
Kiprah di bidang inilah yang melambungkan nama keduanya di bidang perminyakan. Mundurnya Cook pada 1 Juni 2009 membuat dia telah kehilangan potensi pendapatan dari bonus loyalitas di Shell sebesar 800.000 poundsterling (sekira Rp12,2 miliar), salah satu isu penggajian yang menjadi perbincangan dalam pertemuan tahunan di Shell tahun ini. Cook yang juga dinobatkan sebagai wanita pebisnis paling berpengaruh di dunia mengepalai pertumbuhan divisi gas dan energi selama lima tahun terakhir.
Dalam kepemimpinannya pula, Shell memiliki proyek besar pengembangan pabrik di Qatar untuk berinvestasi di bidang gas alam. Divisi Gas dan Energi Shell adalah salah satu divisi perusahaan Shell yang memiliki portofolio bisnis terbesar di perusahaan dengan mendatangkan pendapatan sebesar USD5,3 miliar pada 2008 di bawah kepemimpinan Cook jauh meningkat 90% dibanding tahun sebelum. Shell memiliki operasi bisnis di bidang gas diperhitungkan sebesar 45% dari operasi hulunya tahun lalu, sehingga ditargetkan mampu menggantikan produksi minyak konvensional.
Sayangnya, Shell tidak berencana untuk meningkatkan investasi di bidang lainnya yang ditangani Cook, seperti energi angin dan matahari, yang hanya fokus pada pengembangan biofuel. Dengan demikian, meski telah mundur dari perusahaannya, wajarlah jika Linda Cook mendapatkan predikat sebagai wanita dengan gaji termahal ke-2 versi Guardian.
Untuk posisi 3 dan selanjutnya dalam 10 besar perempuan dengan gaji termahal versi Guardian di antaranya, CEO perusahaan penerbitan Pearson (Financial Times Group) Dame Marjorie Scardino yang memperoleh pendapatan 3,8 juta poundsterling (Rp58,2 miliar) per tahun.
Kemudian di urutan ke-4, mantan CEO perusahaan asuransi RSA Group dengan pendapatan 2,54 juta poundsterling (sekira Rp38,9 miliar) per tahun. Urutan ke-5 Direktur Eksekutif Tesco Lucy Neville-Rolfe dengan pendapatan 2,41 juta poundsterling (Rp36,9 miliar) per tahun. Urutan ke-6, perempuan dengan gaji termahal tahun 2009 adalah chairman dan CEO Financial Times Group atau Pearson Rona Fairhead dengan pendapatan 2 juta poundsterling (Rp30,6 miliar) per tahun. Urutan ke-7, mantan CEO London Stock Exchange Dame Clara Furse pendapatan 2 juta poundsterling (Rp36,9 miliar) per tahun.
Posisi ke-8, Chief Operating Officer Imperial Tobacco Alison Cooper memiliki pendapatan 1,35 juta poundsterling (Rp20,7 miliar) per tahun. Posisi ke-9, Direktur Eksekutif Marks & Spencer Kate Bostock berpenghasilan 1,2 juta poundsterling (Rp18,4 miliar),dan pada posisi ke-10, Chief Executive Drax Dorothy Thompson yang memiliki pendapatan 894.000 poundsterling (Rp13,7 miliar) per tahun.
Cynthia Caroll merupakan CEO wanita pertama di perusahaan pertambangan Anglo American dengan gaji hampir 4 juta poundsterling per tahun atau sekira Rp61 miliar per tahun (kurs 16/10). Ibu dari 4 anak ini dinobatkan sebagai wanita dengan gaji termahal di jajaran perusahaan yang terdaftar dalam FTSE 100 versi harian Inggris, Guardian. FTSE 100 merupakan indeks saham 100 perusahaan yang memiliki kapitalisasi terbesar di bursa saham London Stock Exchange.
FTSE 100 bagian dari FTSE Group, perusahaan penyedia jasa informasi indeks, saham, obligasi, dan aset lainnya dengan 12 kantor cabang di seluruh dan dunia, serta klien dan mitra di 77 negara di dunia. Dalam laporan "Guardian pay survey 2009: Top 10 female earners" yang dipublikasi dalam situs Guardian (14/9/2009), Caroll berhasil menduduki peringkat pertama sebagai wanita dengan gaji tertinggi pada tahun 2009 ini. Survei penghasilan CEO tersebut merupakan survei tahunan yang dilakukan Guardian.
Jabatannya sebagai CEO Anglo American sejak tiga tahun lalu, membuat Caroll menjadi wanita pertama yang bukan berkebangsaan Afrika Selatan yang memimpin perusahaan pertambangan terbesar ke-4 di dunia tersebut. Melalui tangan dinginnya, wanita berusia 52 tahun ini telah mampu meningkatkan kinerja perusahaan Anglo American dan mampu membuat nilai sahamnya naik lebih dari 30% di bursa saham. Meski demikian, kini Caroll harus berhadapan dengan tuntutan target dari jajaran investor di perusahaan Anglo American, terkait meningkatkan kinerja perusahaan.
Terlebih lagi, guna mengejar kinerja perusahaan kompetitor Xstrata. Caroll juga merupakan satu-satunya wanita dalam sebuah klub elite yang beranggotakan 22 eksekutif dengan gaji pokok di atas 1 juta poundsterling (atau sekira Rp15,2 miliar). Total penghasilannya ditopang oleh bonus dan insentif lainnya. Wanita pebisnis asal Amerika ini menjadi satu-satunya perempuan yang benar-benar meniti kariernya di bidang pertambangan, perminyakan, dan alumunium. Bidang karier yang selama ini didominasi laki-laki. Caroll memiliki latar belakang pendidikan S1 di bidang geologi dari Skidmore College pada 1978 dan memperoleh gelar master di bidang yang sama dari Universitas Kansas pada 1982.
Dia kemudian menimba ilmu manajemen administrasi bisnis dengan gelar MBA dari Harvard pada 1989. Awal karir Caroll dimulai dengan pekerjaan sebagai ahli geologi petroleum di perusahaan Amoco di Denver AS. Setelah delapan tahun berada di perusahaan tersebut, dia bergabung dengan Alcan Aluminium dengan menghabiskan waktunya selama 18 tahun hingga akhirnya bergabung di dalam jajaran eksekutif Anglo American pada Januari 2007. Kepada buletin Harvard Business School, Caroll menyatakan bahwa isu paling penting dalam kariernya di Anglo American adalah tentang tingginya catatan kasus fatal.
Di bawah kepemimpinannya kini Anglo mampu meningkatkan keamanannya sebesar 40%. "Ada banyak hal yang harus dikerjakan dalam perusahaan ini," ujarnya. Sebanyak 15.000 dari 18.000 peran telah diefisiensi sejak kedatangannya di Anglo American ketika harga komoditas pertambangan sedang mengalami ketidakstabilan. Anglo American juga mencatat dividen 2008 untuk memulihkan keuangan perusahaan. Dan pada semester I 2009 sudah mampu meraup 70% dari target pendapatan.
Lawan Stigma
Stigma bahwa kaum hawa dianggap membawa sial dalam industri pertambangan, dan hanya diizinkan untuk bekerja secara sembunyi-sembunyi di Afrika Selatan, kini sudah mulai tidak berlaku lagu. Sebab, melalui kepemimpinan Caroll, perusahaan Anglo American kini tercatat telah mempekerjakan lebih dari 14.000 perempuan dalam industri pertambangan batu bara.
Karena itu, tidak salah jika akhirnya Caroll juga menempati urutan ke-4 wanita paling berpengaruh di dunia tahun 2009 versi Majalah Forbes. "Namun, saya ingin melihat lebih banyak lagi kaum perempuan untuk duduk dijajaran eksektif perusahaan pertambangan," ujar Caroll kepada Harvard Business Review.
Sementara, mantan Kepala Bisnis Gas Shell Linda Zarda Cook berada di posisi ke-2 sebagai wanita berpendapatan tertinggi dengan gaji hampir 3,9 juta poundsterling pada 2008 (sekitar Rp59,5 miliar). Sebelum akhirnya wanita itu mengundurkan diri perusahaan.
Linda Cook telah mencetak sejarah pendapatan tertinggi, setelah dia mengabdi di Shell selama hampir 29 tahun lamanya.W anita kelahiran Amerika ini akhirnya terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya di Shell setelah kalah dalam kompetisi menuju kursi CEO dengan kompetitornya Peter Voser. Bursa pencalonan CEO tersebut menyusul pensiunnya mantan CEO Shell berkebangsaan Belanda Jeroen van der Veer pada 30 Juni 2009.
Ada anggapan bahwa dalam usianya yang memasuki 50 tahun, Linda Cook dianggap tidak akan mampu menjalankan tugasnya sebagai CEO. Meski demikian, Cook memahami anggapan ini, sehingga akhirnya memperoleh dana pensiun sebesar 7 juta poundsterling (Rp106,9 miliar) akhir tahun lalu. Mundurnya Cook dari Shell, hampir bersamaan dengan rivalnya mantan Direktur Rio Tinto plc and Rio Tinto Limited Vivienne Cox. Baik Cook maupun Cox sama-sama sebagai perempuan di jajaran eksekutif yang memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan energi terbarukan di perusahaannya.
Kiprah di bidang inilah yang melambungkan nama keduanya di bidang perminyakan. Mundurnya Cook pada 1 Juni 2009 membuat dia telah kehilangan potensi pendapatan dari bonus loyalitas di Shell sebesar 800.000 poundsterling (sekira Rp12,2 miliar), salah satu isu penggajian yang menjadi perbincangan dalam pertemuan tahunan di Shell tahun ini. Cook yang juga dinobatkan sebagai wanita pebisnis paling berpengaruh di dunia mengepalai pertumbuhan divisi gas dan energi selama lima tahun terakhir.
Dalam kepemimpinannya pula, Shell memiliki proyek besar pengembangan pabrik di Qatar untuk berinvestasi di bidang gas alam. Divisi Gas dan Energi Shell adalah salah satu divisi perusahaan Shell yang memiliki portofolio bisnis terbesar di perusahaan dengan mendatangkan pendapatan sebesar USD5,3 miliar pada 2008 di bawah kepemimpinan Cook jauh meningkat 90% dibanding tahun sebelum. Shell memiliki operasi bisnis di bidang gas diperhitungkan sebesar 45% dari operasi hulunya tahun lalu, sehingga ditargetkan mampu menggantikan produksi minyak konvensional.
Sayangnya, Shell tidak berencana untuk meningkatkan investasi di bidang lainnya yang ditangani Cook, seperti energi angin dan matahari, yang hanya fokus pada pengembangan biofuel. Dengan demikian, meski telah mundur dari perusahaannya, wajarlah jika Linda Cook mendapatkan predikat sebagai wanita dengan gaji termahal ke-2 versi Guardian.
Untuk posisi 3 dan selanjutnya dalam 10 besar perempuan dengan gaji termahal versi Guardian di antaranya, CEO perusahaan penerbitan Pearson (Financial Times Group) Dame Marjorie Scardino yang memperoleh pendapatan 3,8 juta poundsterling (Rp58,2 miliar) per tahun.
Kemudian di urutan ke-4, mantan CEO perusahaan asuransi RSA Group dengan pendapatan 2,54 juta poundsterling (sekira Rp38,9 miliar) per tahun. Urutan ke-5 Direktur Eksekutif Tesco Lucy Neville-Rolfe dengan pendapatan 2,41 juta poundsterling (Rp36,9 miliar) per tahun. Urutan ke-6, perempuan dengan gaji termahal tahun 2009 adalah chairman dan CEO Financial Times Group atau Pearson Rona Fairhead dengan pendapatan 2 juta poundsterling (Rp30,6 miliar) per tahun. Urutan ke-7, mantan CEO London Stock Exchange Dame Clara Furse pendapatan 2 juta poundsterling (Rp36,9 miliar) per tahun.
Posisi ke-8, Chief Operating Officer Imperial Tobacco Alison Cooper memiliki pendapatan 1,35 juta poundsterling (Rp20,7 miliar) per tahun. Posisi ke-9, Direktur Eksekutif Marks & Spencer Kate Bostock berpenghasilan 1,2 juta poundsterling (Rp18,4 miliar),dan pada posisi ke-10, Chief Executive Drax Dorothy Thompson yang memiliki pendapatan 894.000 poundsterling (Rp13,7 miliar) per tahun.
Komentar
Posting Komentar
Ramaikan Blog Ini Dengan Komentar-Komentar Anda
Bebas, Sopan, Ataktif, Kritik Juga Boleh